Flores Dalam Sejarah Tenun Ikat

Keberadaan tenun ikat di Flores mempunyai sejarah yang sangat panjang. Tidak ada catatan secara khusus memang bagaimana awalnya budaya tenun ikat hadir dalam tradisi keseharian masyarakat Flores.

Tenun ikat, melihat dari jejak-jejak sejarahnya di dunia, tersebar tidak saja di masyarakat Asia, namun hingga Amerika Tengah dan Selatan, juga Jepang, bahkan masyarakat yang berada dalam jalur perdagangan „Jalan Sutera“ mengenal dan mewarisi hingga saat ini apa yang dinamakan kain tenun ikat.

Dengan keberadaannya yang tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, meski dengan keunikan teknik maupun motif yang berbeda, tenun ikat dapat dikatakan merupakan warisan budaya bersama masyarakat dunia.

Tenun ikat sejak lama telah digunakan sebagai pakaian sehari-hari oleh masyarakatnya. Tenun ikat juga diperjualbelikan karena nilainya. Secara tradisional, tenun ikat berfungsi sebagai simbol status, kekayaan, kekuasaan, dan martabat.

Oleh karena itu, ikat dibuat begitu unik dan khusus dikaitkan dengan simbol-simbol tersebut. Dalam setiap lembar kain ikat, motif menjadi tidak hanya sekadar gambar.

Motif mempunyai makna yang sangat dalam yang merupakan bentuk pengejawantahan dari sebuah simbol etnis, religius, ritual adat, hingga simbol-simbol khusus yang menjadikan sebuah motif ikat adalah representasi dari masyarakatnya.

Bergulir bersama waktu, dikaitkan dengan motif, teknik, proses pembuatan, dan asalnya, sebuah kain ikat bagi masyarakatnya dapat dianggap mempunyai kekuatan magis tertentu dan  penggunaannya hanya boleh dikaitkan dengan ritual-ritual adat dan oleh pemangku adat.

Tidak berbeda dengan tenun ikat Flores. Dengan etnis-etnis yang berbeda, setiap tenun ikat Flores merupakan representasi lugas dari masyarakatnya. Setiap etnis mempunyai motif dan teknik sendiri yang menjadi pembeda antara satu etnis dengan etnis yang lainnya.

Bahkan untuk satu etnis, mereka mempunyai motif-motif khusus yang dipakai hanya untuk klan tertentu saja. Bagi orang awam, melihat tenun ikat Manggai, Ngada, dan Nagekeo tidak akan menemukan bedanya. Keduanya sama memadukan songket dalam kain tenunnya. Namun, bila diamati lebih jeli dan secara keseluruhan, motif-motif mereka mempunyai perbedaan khusus.

Oleh karena itu, melihat tenun ikat pada akhirnya tidak saja sebuah kain, namun merupakan sebuah perjalanan sejarah dimana kita dapat menelusuri dan mempelajari sebuah masyarakat dengan berbagai nilai-nilai hidup yang begitu unik, dalam, dan penuh makna. (*)

<a href="http://www.bloglovin.com/blog/14509553/?claim=sjry72jxbv6">Follow my blog with Bloglovin</a>

Posting Komentar untuk "Flores Dalam Sejarah Tenun Ikat"