Gian Singh Sekhon, Founder Gian Pizza, mengkisahkan ketertarikannya menggeluti bisnis kuliner pizza karena melihat makanan ini cukup digemari di Indonesia. Sayangnya untuk merasakan dan menikmatinya, konsumen harus membayar harga yang relatif mahal.
Kebetulan mantan engineer pesawat ini punya pengalaman mendirikan dan mengelola secara langsung restoran Bella Pizza di Kanada selama tujuh tahun. Gian pun berkeinginan untuk mendirikan restoran pizza di Indonesia dengan merek berbeda dan harga yang terjangkau masyarakat.
“Pizza tidak seharusnya mahal dan semua kalangan bisa merasakan dan menikmatinya. Selama ini masyarakat awam hanya mengetahui satu jenis pizza saja, padahal ada aneka macam jenis pizza dari seluruh dunia dengan rasa dan varian sesuai karakteristik wilayah masing-masing,” jelas Gian.
Untuk mewujudkan keinginannya, Gian meniti usaha kembali dari nol mengusung merek Gian Pizza dan membuka gerai pertama di Beji, Depok, dengan modal awalnya sekitar Rp400 juta. Pertimbangannya mengembangkan usaha di daerah pinggiran karena kebanyakan pekerja di Jakarta tinggal di kawasan Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Pertama membuka gerai langsung mendapat respons positif dari penikmat pizza di Indonesia, sebab mempunyai keunikan tersendiri dengan rasa khas Canadian pizza. Awal buka, menu yang ditawarkan baru ada sekitar 10 varian,” sebut Gian.
Sepintas memang tak ada yang berbeda antara Gian Pizza dan pizza pada umumnya. Perbedaan terbesar pizza yang diproduksi Gian Pizza yaitu dimasak dengan tidak menggunakan minyak sehingga menjadi krispi dan tidak berminyak. Alhasil, mengonsumsinya tidak perlu menggunakan pisau garpu, cukup dengan tangan saja.
Menurut Gian, penyajian pizza yang selalu didampingi dengan sendok, garpu, dan pisau hanyalah sebagai trik untuk mengelabui konsumen agar tidak mengetahui bahwa pizza yang disantapnya berminyak dan lengket di tangan.
“Sebenarnya pizza memiliki nilai gizi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, pizza yang ditemui sekarang banyak mengandung minyak. Di negara-negara maju seperti Kanada, makanan berminyak sudah termasuk golongan makanan yang tidak sehat sekali,” beber dia.
Cara memasak pizza dengan menggunakan temperatur dan fermentasi adonan yang tepat dapat meningkatkan antioksidan sebesar 60%─80%. Antioksidan berguna untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.
“Pizza yang kami sajikan berbeda dengan kompetitor. Mulai dari ketebalan yang pas, adonan yang wangi, keju mozarella berkualitas yang memiliki aroma khas, hingga saus resep rahasia yang dibumbui dengan 14 rempah-rempah asli dari Kanada sehingga dimakan lebih lezat tanpa menggunakan saus tambahan, baik saus tomat atau saus sambal,” ungkap Gian.
Masuk Waralaba
Dalam perjalanannya, Gian Pizza terus berkembang dan melebarkan sayap dengan membuka gerai-gerai baru. Selama 12 tahun memasyarakatkan produk pizza sehat tanpa minyak kepada khalayak ramai, Gian Pizza sudah memiliki 15 gerai yang tersebar di Depok, Jakarta, Purwakarta, hingga Bali.
Gian menyadari restoran Gian Pizza tidak akan terkenal bila tidak memiliki banyak gerai. Dengan keterbatasan modal, akhirnya ia pun membuka peluang kerja sama waralaba pada pertengahan tahun 2015 silam. Pertimbangannya, kian banyak mitra baru akan membuat Gian Pizza bertumbuh.
Waralaba Gian Pizza menawarkan nilai investasi sebesar Rp350 juta sampai 450 juta, franchise fee dibanderol senilai Rp100 juta, royalty fee 7%, dan perkiraan balik modal berkisar 6 bulan. “Dari total 15 gerai, 4 gerai di antaranya milik sendiri dan 11 gerai bermitra dengan sistem waralaba. Omzet rata-rata per gerai sekitar Rp150 juta─Rp200 juta per bulan,” sebut dia.
Tak hanya jumlah gerai, menu Gian Pizza juga berkembang menjadi 16 jenis rasa pizza dengan harga jual mulai dari Rp30.000 sampai Rp120.000 per loyang. Di samping itu ada pula menu pasta lainnya seperti spaghetti dan lasagna mulai dari Rp35.000─Rp50.000 per porsi.
Waralaba Gian Pizza berhasil diterima pasar lantaran cukup aktif dalam membangun merek dan mendekatkan hubungan dengan para konsumen. Salah satunya melalui program cooking class, yakni mengajarkan kepada anak-anak sekolah cara pembuatan pizza serta mengkreasikan topping pizza sesuai keinginannya sendiri.
“Kami mengajak pihak sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Salah satu tujuan pelatihan pembuatan pizza yaitu melatih motorik dan kreasi dari anak-anak. Ini juga merupakan edukasi sejak dini kepada anak-anak untuk mengonsumsi pizza sehat tanpa minyak,” terang Gian.
Gian Pizza pun melakukan pendekatan melalui strategi digital marketing dengan mengubah website korporat menjadi web marketing yang berfungsi sebagai mesin penangkap database, sehingga lebih tepat sasaran dalam promosi. Selain itu juga membangun dan mengelola aset digital lainnya seperti media sosial dan mengoptimalkan media sosial supaya lebih luas jangkauan dan engagement-nya.*
marketing.co.id
Kebetulan mantan engineer pesawat ini punya pengalaman mendirikan dan mengelola secara langsung restoran Bella Pizza di Kanada selama tujuh tahun. Gian pun berkeinginan untuk mendirikan restoran pizza di Indonesia dengan merek berbeda dan harga yang terjangkau masyarakat.
“Pizza tidak seharusnya mahal dan semua kalangan bisa merasakan dan menikmatinya. Selama ini masyarakat awam hanya mengetahui satu jenis pizza saja, padahal ada aneka macam jenis pizza dari seluruh dunia dengan rasa dan varian sesuai karakteristik wilayah masing-masing,” jelas Gian.
Untuk mewujudkan keinginannya, Gian meniti usaha kembali dari nol mengusung merek Gian Pizza dan membuka gerai pertama di Beji, Depok, dengan modal awalnya sekitar Rp400 juta. Pertimbangannya mengembangkan usaha di daerah pinggiran karena kebanyakan pekerja di Jakarta tinggal di kawasan Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Pertama membuka gerai langsung mendapat respons positif dari penikmat pizza di Indonesia, sebab mempunyai keunikan tersendiri dengan rasa khas Canadian pizza. Awal buka, menu yang ditawarkan baru ada sekitar 10 varian,” sebut Gian.
Sepintas memang tak ada yang berbeda antara Gian Pizza dan pizza pada umumnya. Perbedaan terbesar pizza yang diproduksi Gian Pizza yaitu dimasak dengan tidak menggunakan minyak sehingga menjadi krispi dan tidak berminyak. Alhasil, mengonsumsinya tidak perlu menggunakan pisau garpu, cukup dengan tangan saja.
Menurut Gian, penyajian pizza yang selalu didampingi dengan sendok, garpu, dan pisau hanyalah sebagai trik untuk mengelabui konsumen agar tidak mengetahui bahwa pizza yang disantapnya berminyak dan lengket di tangan.
“Sebenarnya pizza memiliki nilai gizi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, pizza yang ditemui sekarang banyak mengandung minyak. Di negara-negara maju seperti Kanada, makanan berminyak sudah termasuk golongan makanan yang tidak sehat sekali,” beber dia.
Cara memasak pizza dengan menggunakan temperatur dan fermentasi adonan yang tepat dapat meningkatkan antioksidan sebesar 60%─80%. Antioksidan berguna untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.
“Pizza yang kami sajikan berbeda dengan kompetitor. Mulai dari ketebalan yang pas, adonan yang wangi, keju mozarella berkualitas yang memiliki aroma khas, hingga saus resep rahasia yang dibumbui dengan 14 rempah-rempah asli dari Kanada sehingga dimakan lebih lezat tanpa menggunakan saus tambahan, baik saus tomat atau saus sambal,” ungkap Gian.
Masuk Waralaba
Dalam perjalanannya, Gian Pizza terus berkembang dan melebarkan sayap dengan membuka gerai-gerai baru. Selama 12 tahun memasyarakatkan produk pizza sehat tanpa minyak kepada khalayak ramai, Gian Pizza sudah memiliki 15 gerai yang tersebar di Depok, Jakarta, Purwakarta, hingga Bali.
Gian menyadari restoran Gian Pizza tidak akan terkenal bila tidak memiliki banyak gerai. Dengan keterbatasan modal, akhirnya ia pun membuka peluang kerja sama waralaba pada pertengahan tahun 2015 silam. Pertimbangannya, kian banyak mitra baru akan membuat Gian Pizza bertumbuh.
Waralaba Gian Pizza menawarkan nilai investasi sebesar Rp350 juta sampai 450 juta, franchise fee dibanderol senilai Rp100 juta, royalty fee 7%, dan perkiraan balik modal berkisar 6 bulan. “Dari total 15 gerai, 4 gerai di antaranya milik sendiri dan 11 gerai bermitra dengan sistem waralaba. Omzet rata-rata per gerai sekitar Rp150 juta─Rp200 juta per bulan,” sebut dia.
Tak hanya jumlah gerai, menu Gian Pizza juga berkembang menjadi 16 jenis rasa pizza dengan harga jual mulai dari Rp30.000 sampai Rp120.000 per loyang. Di samping itu ada pula menu pasta lainnya seperti spaghetti dan lasagna mulai dari Rp35.000─Rp50.000 per porsi.
Waralaba Gian Pizza berhasil diterima pasar lantaran cukup aktif dalam membangun merek dan mendekatkan hubungan dengan para konsumen. Salah satunya melalui program cooking class, yakni mengajarkan kepada anak-anak sekolah cara pembuatan pizza serta mengkreasikan topping pizza sesuai keinginannya sendiri.
“Kami mengajak pihak sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Salah satu tujuan pelatihan pembuatan pizza yaitu melatih motorik dan kreasi dari anak-anak. Ini juga merupakan edukasi sejak dini kepada anak-anak untuk mengonsumsi pizza sehat tanpa minyak,” terang Gian.
Gian Pizza pun melakukan pendekatan melalui strategi digital marketing dengan mengubah website korporat menjadi web marketing yang berfungsi sebagai mesin penangkap database, sehingga lebih tepat sasaran dalam promosi. Selain itu juga membangun dan mengelola aset digital lainnya seperti media sosial dan mengoptimalkan media sosial supaya lebih luas jangkauan dan engagement-nya.*
marketing.co.id
Posting Komentar untuk "Tampilan Gian Pizza Yang Sehat Tanpa Minyak"